ERDIKHA MORNING IDEA 15 NOVEMBER 2021
View PDF
15 Nov 2021

Sentimen Mix, Tunggu Rilis Neraca Perdagangan Hari Ini

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6651. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks dibebani oleh sektor Financials (-1.171%), Consumer Cyclicals (-1.1%), Energy (-0.643%), Technology (-0.509%), Properties & Real Estate (-0.38%), Infrastructures (-0.304%), Consumer Non-Cyclical (-0.194%) dan di topang oleh Industrials (0.184%), Healthcare (0.902%), Basic Materials (1.051%), Transportation & Logistic (1.139%) yang mengalami penguatan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6600 dan level resistance 6670 Pada perdagangan hari ini IHSG, rupiah, hingga Surat Berharga Negara (SNB) berpeluang kembali menguat, meski ada kabar buruk dari nasib batu bara, salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Sentimen pertama Dari dalam negeri, data neraca dagang Indonesia akan menjadi perhatian. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Oktober 2021. Konsensus pasar memperkirakan ekspor tumbuh 46,06% dibandingkan Oktober 2020 (year-on-year/yoy). Melambat dibandingkan September yang tumbuh 47,64%. Sedangkan impor diperkirakan tumbuh 58,35%. Jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh 40,31%. Meski impor tumbuh lebih cepat ketimbang ekspor, tetapi neraca perdagangan diperkirakan masih surplus US$ 3,89 miliar. Kalau terwujud, maka neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus selama 18 bulan beruntun alias 1,5 tahun. Surplus neraca perdagangan akan sangat membantu kinerja transaksi berjalan. Saat transaksi berjalan semakin sehat, maka nilai tukar rupiah akan lebih stabil. Saat nilai tukar rupiah stabil maka investor asing akan lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri karena risiko kerugian kurs bisa diminimalisir. Sentimen kedua berasal dari harga batu bara sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 280/ton pada 5 Oktober lalu, hingga pekan lalu malah jeblok lebih dari 47% ke US$ 147,25/ton. Ketika batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, kenaikannya sepanjang tahun ini tercatat lebih dari 240%. Sementara kini kenaikannya sepanjang tahun terpangkas menjadi 81%. Batu bara berperan vital dalam ekspor Indonesia. Sepanjang Januari-Agustus 2021, nilai ekspor batu bara mencapai US$ 14,5 5 miliar. Angka ini menyumbang 10,72% dari total ekspor non-migas, hanya kalah dari minyak sawit mentah. Sentimen negatif selanjutnya berasal dari konferensi PBB untuk iklim di Glasgow (Skotlandia) memunculkan perdebatan keras terjadi kala harus membuat keputusan soal nasib batu bara. Awalnya, disepakati menghapuskan secara berkala (phase out) pembangkit listrik bertenaga batu bara. Namun negara-negara berkembang seperti China dan India menolak, melakukan lobi, dan berhasil mengganti frasa phase out menjadi phase down (mengurangi secara bertahap). Revisi ini mencerminkan kepentingan nasional kami dan negara-negara berkembang lainnya. Kami menjadi suara negara-negara berkembang. Kami berupaya membuat kesepakatan yang masuk akal bagi negara berkembang dan sesuai dengan isu iklim. Bagaimana pun, sepertinya cepat atau lambat batu bara memang harus pergi. Para aktivis lingkungan menilai kesepakatan COP26 adalah gelas yang setengah penuh, bukan setengah kosong. Melihat hal ini, ketakutan kurang baiknya masa depan batu bara bisa menjadi "mantan terindah" bagi Indonesia dalam hal kotribusinya ke nilai ekspor. Jika harganya akan kembali merosot di awal pekan ini, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar finansial RI.





PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com